- Back to Home »
- Info Lhokseumawe »
- Kota Lhokseumawe
Posted by : lhokseumawe aktif
Wednesday, 17 April 2013
Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota di provinsi Aceh, Indonesia. Kota ini berada persis di tengah-tengah jalur timur
Sumatera. Berada di antara Banda Aceh dan Medan, sehingga kota ini
merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat penting bagi Aceh.
Sejarah
Secara
etimologi Lhokseumawe berasal dari kata Lhok dan Seumawe.
Dalam Bahasa Aceh,
Lhok dapat berarti dalam, teluk, palung laut, dan Seumawe bermaksud air yang
berputar-putar atau pusat mata air pada laut sepanjang lepas pantai Banda Sakti
dan sekitarnya. Keberadaan kawasan ini tidak lepas dari kemunculan Kerajaan Samudera
Pasai sekitar abad ke-13, kemudian kawasan ini menjadi bagian dari
kedaulatan Kesultanan Aceh sejak tahun 1524.
Sebelum
abad ke-20, negeri ini telah diperintah oleh Uleebalang Kutablang. Tahun 1903
setelah perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajah Belanda melemah, Aceh mulai
dikuasai. Lhokseumawe menjadi daerah taklukan dan mulai saat itu status
Lhokseumawe menjadi Bestuur Van Lhokseumawe dengan Zelf Bestuurder adalah Teuku
Abdul Lhokseumawe tunduk dibawah Aspiran Controeleur dan di Lhokseumawe
berkedudukan juga Wedana serta Asisten Residen atau Bupati.
Pemandangan
jalan di Lhokseumawe di masa Hindia
Belanda
Pada
dasawarsa kedua abad ke-20 itu, di antara seluruh daratan Aceh, salah satu pulau
kecil luas sekitar 11 km² yang dipisahkan Sungai Krueng Cunda diisi bangunan-bangunan
Pemerintah Umum, Militer, dan Perhubungan Kereta Api oleh Pemerintah Belanda. Pulau
kecil dengan desa-desa Kampung Keude Aceh, Kampung Jawa, Kampung Kutablang,
Kampung Mon Geudong, Kampung Teumpok Teungoh, Kampung Hagu, Kampung Uteuen
Bayi, dan Kampung Ujong Blang yang keseluruhannya baru berpenduduk 5.500 jiwa
secara jamak di sebut Lhokseumawe. Bangunan demi bangunan mengisi daratan ini
sampai terwujud embrio kota yang memiliki pelabuhan, pasar, stasiun kereta api
dan kantor-kantor lembaga pemerintahan.
Sejak
Proklamasi Kemerdekaan, Pemerintahan Negara Republik Indonesia belum terbentuk
sistemik sampai kecamatan ini. Pada mulanya Lhokseumawe digabung dengan
Bestuurder Van Cunda. Penduduk didaratan ini makin ramai berdatangan dari
daerah sekitarnya seperti Buloh Blang Ara, Matangkuli, Blang Jruen, Lhoksukon,
Nisam, cunda serta Pidie.
Pada
tahun 1956 dengan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, terbentuk
daerah-daerah otonom kabupaten-kabupaten dalam lingkup daerah Provinsi Sumatera
Utara, di mana salah satu kabupaten diantaranya adalah Aceh Utara dengan
ibukotanya Lhokseumawe.
Kemudian
Pada Tahun 1964 dengan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Aceh Nomor
34/G.A/1964 tanggal 30 November 1964, ditetapkan bahwa kemukiman Banda Sakti
dalam Kecamatan Muara Dua, dijadikan Kecamatan tersendiri dengan nama Kecamatan
Banda Sakti.
Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah,
berpeluang meningkatkan status Lhokseumawe menjadi Kota Administratif, pada
tanggal 14 Agustus 1986 dengan Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 1986 Pembentukan
Kota Administratif Lhokseumawe ditandatangani oleh Presiden Soeharto, yang
diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Soeparjo Roestam pada tanggal 31 Agustus
1987. Dengan adanya hal tersebut maka secara de jure dan de facto
Lhokseumawe telah menjadi Kota Administratif dengan luas wilayah 253,87 km²
yang meliputi 101 desa dan 6 kelurahan yang tersebar di lima kecamatan yaitu:
Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Muara Dua, Kecamatan Dewantara, Kecamatan
Muara Batu, dan Kecamatan Blang Mangat.
Sejak
Tahun 1988 gagasan peningkatan status Kotif Lhokseumawe menjadi Kotamadya mulai
diupayakan sehingga kemudian lahir UU Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Kota Lhokseumawe tanggal 21 Juni 2001 yang ditandatangani Presiden RI
Abdurrahman Wahid, yang wilayahnya mencakup tiga kecamatan, yaitu: Kecamatan
Banda Sakti, Kecamatan Muara Dua, dan Kecamatan Blang Mangat.
Geografi
Lhokseumawe
ditetapkan statusnya menjadi kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001, tanggal 21
Juni 2001 dengan batas-batas wilayah:
Penggunaan
lahan terbesar di Kota Lhokseumawe adalah untuk pemukiman seluas 10 877 ha atau
sekitar 60% dari luas yang ada. Kebutuhan lahan yang menonjol adalah untuk
usaha kebun campuran 4.590 ha atau sekitar 25,35%, di samping untuk kebutuhan
persawahan seluas 3 747 ha atau sekitar 21%. Untuk kebutuhan perkebunan rakyat telah
dimanfaatkan seluas 749 ha atau sekitar 4% dan untuk lain–lainnya.
Pemerintahan
Kecamatan
|
Luas
|
Jumlah
Desa/Kelurahan
|
Banda
Sakti
|
11,24
km²
|
18
|
Blang
Mangat
|
56,12
km²
|
22
|
Muara
Dua
|
57,80
km²
|
17
|
Muara
Satu
|
55,90
km²
|
11
|
Kesehatan
Sarana
kesehatan yang tersedia di Kota Lhokseumawe terdiri dari 5 puskesmas, 12
puskesmas pembantu, 5 puskesmas keliling, 32 polindes, 85 praktik dokter, 9
praktik dokter gigi dan 77 toko obat. Jumlah tenaga kesehatan yang
tersedia : dokter sebanyak 11 orang, dokter gigi sebanyak 5 orang, tenaga
medis sebanyak 19 orang, perawat dan bidan 187 orang, tenaga farmasi 9 orang,
ahli gizi 4 orang dan ahli sanitasi sebanyak 7 orang.
Pendidikan
Jumlah
sarana pendidikan umum yang ada di Kota Lhokseumawe sampai dengan tahun 2007,
terdiri dari Taman Kanak – kanak 25 unit (swasta 24 unit), Sekolah Dasar
sebanyak 59 unit, SLTP 15 unit serta SMU/SMK sebanyak 13 unit,
Akademi/Perguruan Tinggi 10 unit.
Sarana
pendidikan agama yang ada 8 unit Madrasah Ibtidaiyah (5 negeri dan 3 swasta), 6
unit Madrasah Aliyah (1 negeri dan 5 swasta). Di Kota Lhokseumawe memiliki 26
unit Pondok Pasantren dan 189 unit Balai Pengajian.
Sarana Ibadah
Sedangkan
sarana peribadatan yang dimiliki Kota Lhokseumawe adalah 180 unit, yang terdiri
42 unit mesjid, 70 unit meunasah, 70 unit mushalla, 2 unit gereja dan 1 unit
vihara.
Perekonomian
PT. Kertas Kraft Aceh(PT.KKA), PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Asean Aceh Fertilizer
dan EXXON Mobil - Arun berada di sekitar
kota ini. Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dari pabrik-pabrik besar yang
dimiliki kota Lhokseumawe, namun tak juga mampu mengangkat derajat kehidupan
sebagian besar penduduk asli Lhokseumawe dari bawah garis kemiskinan.
Berdasarkan
hasil penelitian Geologi Departemen Pertambangan dalam wilayah Kota Lhokseumawe
terdapat bahan galian Golongan C berupa batu kapur, tanah timbun dan
pasir/kerikil. Di samping itu terdapat juga sumber daya alam berupa gas alam
yang pengolahannya dilakukan oleh PT. Arun NGL Co. Sumber daya alam tersebut
sudah dieksplorasi sejak tahun 1975 oleh Mobil Oil Indonesia Inc (sekarang
Exxon Mobil) di Kabupaten Aceh Utara yang selanjutnya dilakukan pengolahan
untuk diekspor ke luar negeri, hasil pengolahan gas berupa condensat
juga dimanfaatkan oleh Pabrik Aromatix yang dibangun tahun 1998 dan
perusahan–perusahaan besar lainnya seperti pabrik pupuk.
Pariwisata
Beberapa
objek wisata yang dinilai sangat menunjang kemampuan Sektor Pariwisata ke depan
antara lain :
- Pantai Ujong Blang
- Pantai Rancong
- Pulau Seumadu
- Pantai Reklamasi Pusong
- Pantai Meuraksa
- Krueng Cunda
- Kampung P. Ramlee (seniman besar Malaysia, asal Aceh).
Kesemua
objek ini dapat menjadi aset bagi dunia Pariwisata Kota Lhokseumawe jika ditata
dan dikembangkan dengan lebih menarik.
Perhubungan
Bandar Udara Malikus Saleh Dan Bandar Udara Lhok Sukon Dari Kota Ke Dalam
Negeri Dan Luar Negeri. Pelabuhan
Laut Kruengeukeuh Dari Kota Ke Dalam Negeri Dan Luar Negeri.
Referensi
Pranala luar
- (Indonesia) http://www.bappedalhokseumawe.web.id/produk-bappeda/lhokseumawe-dalam-angka/
- (Indonesia) http://www.bappedalhokseumawe.web.id/
- (Indonesia) http://www.lhokseumawekota.go.id/